BEASISWA L'OREAL Untuk MAHASISWI PENELITI INDONESIA
Keluhan Selama Kehamilan

Nah, berhubung ini pengalaman saya mengandung, tentu banyak hal-hal baru yang saya temukan terkait keluhan ibu hamil. Mulai perut kembung, nyeri, mual-mual atau bahasa kerennya morning sickness, muntah, perut yang membuncit dan sebagainya. Shock? Tentu saja! Tapi lambat laun juga sudah terbiasa.
Berikut ini saya bagi hal-hal yang kerap dialami ibu hamil dari hasil bacaan yang saya dapat.
1. Perut kembung
Bisa disebabkan adanya beberapa faktor:
Pertama, pengaruh hormonal selama hamil. Meningkatnya kadar hormon progesteron dan estrogen selama kehamilan membuat pergerakan usus menjadi lambat sehingga makanan dan gas yang diproduksi menjadi lebih lama transit di lambung dan usus sehingga dapat mengakibatkan kembung dan rasa penuh di perut.
Kedua, adanya bayi yang semakin membesar mengakibatkan tekanan pada sistem pencernaan sehingga pergerakan usus juga berkurang. Selain itu tekanan pada lambung dapat mengakibatkan asam lambung yang diproduksi berada lebih lama di lambung, akibatnya rasa perih di lambung bertambah dan dapat pula menyebabkan "heart burn" atau rasa terbakar /nyeri di sekitar lambung, dada hingga ke tenggorokan. Apabila hal ini terjadi ibu dapat minum obat maag.
2. Rasa nyeri di bagian bawah perut
Bisa disebabkan karena:
Pertama, kehamilan yang semakin membesar membuat ligamentum penggantung rahim dengan dinding perut menjadi melar dan tertarik sehingga terasa nyeri. Karena lokasinya ada di kanan dan kiri rahim maka nyerinya pun bisa dirasakan pada kedua sisi atau salah satu dan berpindah-pindah.
Kedua, nyeri bisa disebabkan adanya tekanan pada kandung kemih karena membesarnya rahim. Kandung kemih berlokasi di bagian bawah perut. Tekanan pada kandung kemih juga dapat membuat urin berada lebih lama di sana sehingga mengakibatkan timbulnya infeksi saluran kemih. Keluhan yang timbul bisa berupa rasa anyang-anyangan, berkemih menjadi sedikit-sedikit, sering dan nyeri, nyeri perut bawah hingga ke punggung, bahkan dapat menyebabkan timbulnya kontraksi.
Ketiga, nyeri bisa dirasakan saat janin bergerak. Dengan semakin besar janin maka gerakan kepala, badan dan tendangan kakinya akan semakin kuat. Gerakan janin yang timbul bisa menyebabkan adanya kontaksi, namun kontraksi yang tidak berbahaya sehingga dapat menyebabkan persalinan. Disebut juga sebagai kontraksi Braxton-Hicks atau kontraksi palsu.
3. Ukuran Perut
Untuk perut yang kelihatannya kecil pada usia kehamilan 5 bulan, bisa karena tubuh ibu yang tinggi sehingga belum jelas terlihat perut yang membuncit. Semakin besar usia kandungan maka akan semakin jelas terlihat nantinya. Apabila ibu memeriksakan ke dokter kandungan apakah besar janin saat ini sesuai dengan usia kehamilan? Dokter pasti akan melakukan pemeriksaan USG untuk memastikannya. Jika sesuai maka ibu tidak perlu khawatir.
Demikianlah beberapa hal terkait keluhan yang kerap dirasakan oleh ibu hamil. Semoga setelah mendapat informasi ini, teman-teman yang sedang hamil jadi tahu apa sebabnya dan bagaimana menghadapinya. Salam hangat... ;)
Are men and women the same when it comes to pain?
In these more modern times of sexual equality, it may not be politically correct to talk about differences between men and women. Unfortunately, the medical profession cannot ignore the increasing volume of scientific evidence that there are important differences, particularly when it comes to pain management. In this, it is important to distinguish between biological sex and gender. There are visual tests for the presence or absence of reproductive organs, and lab tests for chromosomes that help to say whether this is a man or woman. Gender, on the other hand, is a list of the social roles society defines for people. This can be complicated when people choose to act or behave in ways considered more appropriate for the opposite sex. As an example of the problem, you only have to look at the complaints that Caster Semenya is not a woman. How can this muscular person from South Africa suddenly beat the word record for the 800m by one second and be a woman?
The last decade has seen a rapid rise in the volume of research into gender differences in the response to pain. There is clear evidence that women are more likely to consult a doctor about pain and to take drugs to relieve that pain. As a result, the national statistics show more women than men suffering from the more common medical conditions causing pain such as arthritis, irritable bowel syndrome, fibromyalgia, etc. In tests involving healthy volunteers, women are more likely to report higher levels of pain than men. This applies regardless of the other factors of age, race, ethnicity and religion. Interestingly, brain scans have shown that pain affects different parts of the brain. In women, the limbic area which also affects emotions is stimulated more than in men.
The speculation is that the differences in brain activity flow from early human development. Men were the stronger group with responsibility to fight to defend the community. This means being prepared to accept pain. Women were expected to respond to danger by nurturing and protecting the young, running away if necessary. Today, men remain less willing to admit to feeling pain and are reluctant to seek medical help. It does not matter whether this is a biological or gender difference, the statistical evidence for this unwillingness to seek help is absolutely clear. But, equally clear is that tramadol relieves the pain of both a macho man and an emotional woman. Even though there may be gender differences, the biological effect of tramadol is the same on a human body. It relieves moderate to severe pain. So, perhaps it is time for all men suffering in silence to overcome the cultural conditioning that threatens their self-esteem if they admit to pain. Once you have clearance from your local healthcare provider that there are no problems in you taking this drug, go online and buy tramadol from the privacy of your own home. This relieves the pain and preserves your image.